Menelusuri Arsitektur Klasik Eropa di Kota Lama, Semarang
Deskripsi
Salah satu jejak peninggalan masa kolonial Eropa di Indonesia yaitu adanya sejumlah bangunan dan infrastruktur yang berada di kawasan Kota Lama Semarang, Jawa Tengah. Kawasan Kota Lama terletak di sepanjang Jln. Letjend Suprapto, Semarang.
Terdapat bangunan-bangunan kuno nan artistik peninggalan masa kolonial Belanda. Terdapat pula kanal-kanal air tua yang seakan membawa Anda masuk ke dalam sebuah mesin waktu dan keluar di negara Belanda tahun 1700-an. Hal inilah yang menyebabkan Kota Lama mendapat julukan sebagai “Little Netherland”.
Satu bangunan yang biasa dikunjungi oeh wisatawan saat mengunjungi Kota Lama adalah Gereja Blenduk. Gereja Blenduk hanyalah sebutan warga semarang yang melihat konstruksi bangunan ini yang memiliki atap menjumbul atau “blenduk” dalam Bahasa Jawa. Gereja ini benama G.P.I.B Immanuel. Gereja ini masih digunakan sebagai tempat ibadah hingga kini, dan menjadi landmark Kota Semarang.
Bangunan tua lainnya yaitu Gedung Serba Guna Marabunta yang ikonik dengan ornamen semut raksasa di atapnya. Gedung ini berdiri sekitar tahun 1890 di jaman pemerintahan colonial Belanda. Pada awal berdirinya gedung ini digunakan untuk gedung pertunjukkan opera dan kafeteria bernama Schouwburg. Pada masa itu, keluarga-keluaraga Belanda yang tinggal di Semarang menghabiskan akhir pekannya bersama keluarga atau koleganya. Mereka menuju gedung Marabunta untuk menikmati opera sabun, tari Ballet atau hanya sekedar meinmati pertunjukan music.
Ada pula gedung Het Noorden yang saat ini digunakan sebagai kantor redaksi Suara Merdeka Group yang merupakan titik mula sejarah media cetak di Semarang. Tak jauh di dekatnya terdapat pula pabrik rokok tua, Praoe Lajar. Ada juga Stasiun Tawang dengan gaya arsitektur eropa klasik yang hingga kini masih dioperasikan. Di depannya terdapat polder air, semacam telaga kota, yang berfungsi sebagai pusat pembuangan air sebelum dialirkan ke laut.
Di sudut Kota Lama, terdapat sebuah bangunan bernama Gedung Marba. Ditelusuri sisi sejarahnya, Gedung Marba dibangun pada pertengahan abad ke 19. Gedung Marba mempunyai dua lantai dengan tebal dinding ± 20 cm. Pembangunan gedung ini diprakarsai oleh Marta Badjunet, seorang warga negara Yaman, yang juga merupakan seorang saudagar kaya pada masa itu. Untuk mengenang jasanya bangunan itu kemudian dinamai Marba. Gedung ini awalnya digunakan sebagai kantor usaha pelayaran, seperti Ekspedisi Muatan Kapal Laut (EMKL). Selain sebagai kantor, bangunan tersebut digunakan pula untuk toko modern dan satu-satunya pada waktu itu, De Zikel.
Total terdapat sekitar 50 bangunan tua di kawasan Kota Lama yang sampai saat ini masih berdiri, kontras dengan karakteristik bangunan-bangunan modern dengan arsitektur minimalis.
Keberadaan Kota Lama menjadi refleksi tersendiri akan tingginya nilai estetika dan standar mutu suatu bangunan pada jaman itu. Dengan pintu dan jendela yang berderet dan tinggi menjulang, pilar-pilar besar menyangga, menara dengan jam raksasa serta atap kubah, teras bangunan yang nyaris tak berjarak dengan badan jalan, tiang lampu jalanan klasik yang berderet rapi, merupakan gambaran sudut-sudut Kota Lama yang sayang jika tidak diabadikan dengan kamera Anda.
rujukan artikel: https://goo.gl/IfKnWC
sumber gambar: https://goo.gl/fOzgFG | https://goo.gl/IfKnWC
Galeri Video